I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa lahan dan tanah pertanian
pada saat ini mengalami kerusakan dan penurunan
tingkat kesuburan tanah yang sangat memerlukan solusi penanganan secara efektif
dan maksimal. Hal ini dapat
mengakibatkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan
sekitarnya. Pupuk memegang peranan yang sangat penting di dalam budidaya
tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik.
Terdapat
beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang
atau kompos (organik). Penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan
lingkungan. Proses pembuatan kompos juga
menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin memerlukan penanganan
yang bijaksana.
Pupuk
anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang
dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi
yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga. Bokasi adalah
kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM (Effective Microorganism).
Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis
dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Selain menunjang
pertumbuhan tanaman, kedua teknologi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu pilihan dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping
itu, teknologi bokasi mudah, murah, dan ramah lingkungan sehingga sangat prospektif
untuk dikembangkan di tingkat petani.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan pada
praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk kompos
(bokasi) dengan menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi
tersebut.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum kali ini yaitu
agar praktikan mengetahui proses pembuatan pupuk kompos (bokasi) dengan
menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi tersebut.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses
dekomposisi (penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang
terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu.
Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi
material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.
Pengomposan dengan bahan baku
sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan
menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah
penutup. Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini
berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Prinsip-prinsip
proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi kebutuhan nutrisi
untuk mikroorganisme, jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses
pengomposan, kondisi lingkungan ideal dan fase transformasi biokimia. Berdasarkan ada tidaknya asupan udara, pembuatan kompos dapat dibedakan
menjadi pengomposan secara aerobik dan pengomposan anaerobik yang lazim disebut
digesti anaerobik. Pada pengomposan aerobik, adanya udara dapat mempercepat
proses pembusukan oleh mikroorganisme aerobik, proses berlangsung cepat dan
tidak menimbulkan bau. Sebaliknya oksigen tidak diperlukan dalam pengomposan
anaerobik, proses berlangsung lama biasanya menimbulkan bau dan akhir yang
terpenting adalah gas methan sebagai sumber energi baru (http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/Pembuatan
Kompos Dan Permasalahannya).
Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang
dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit
kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.
Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau,
kambing, ayam, itik dan babi. Disamping itu, dengan berkembangnya
pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam
seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman. Salah satu bentuk
pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokasi.
Pupuk bokasi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas
kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Effective
Microorganism). Biasanya bokasi ditemukan dalam bentuk serbuk atau
butiran. Bokasi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah
secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan
meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional
bokasi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik dedak dengan tanah
dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Akan
tetapi, saat ini telah dikenal Bokasi EM yaitu bokasi dengan bahan organik yang
difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan
atau gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan bokasi adalah suatu
kultur campuran berbagai mikrooganisme yang bermanfaat (terutama bakteri
fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes,
dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan
keragaman mikroba tanah (Nasir, 1999:145-147).
Bokasi digunakan untuk
menggambarkan bahan-bahan organik yang telah difermentasi oleh EM. Berdasarkan
tipe fermentasinya, proses pembuatan bokasi dikelompokkan atas bokasi aerobik
dan bokasi anaerobik. Bokasi dapat dipergunakan sebagai pupuk alternatif yang
memiliki banyak keunggulan dibanding kompos tradisional dan pupuk buatan.
Pembuatan kompos secara tradisional memakan waktu yang relatif lama (3 – 4
bulan). Dengan teknologi EM, pembuatan bokasi hanya memerlukan waktu yang
sangat singkat (kurang lebih 4 hari). Kecepatan pembuatan bokasi dipandang
penting mengingat berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk
terus meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau
oleh petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan.
Dengan teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat
tinggal. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran
ternak, serbuk gergaji dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat
bokasi yang baik (Subadiyasa, 1997:36).
Teknologi EM telah
dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan
mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan
organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokasi sebagai salah satu pupuk organik,
bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokasi tersebut
adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman;
memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah; meningkatkan kapasitas fotosintesis
tanaman; menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik; dan
meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk. Untuk meningkatkan dan
menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu
diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Teknologi tersebut
dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam
yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem
pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang
dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokasi adalah pupuk organik
(dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan
teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan
pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk
yang praktis, bokasi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa
hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokasi
biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija,
sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman (http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/).
Kompos merupakan pupuk yang
terbuat dari bahan organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos
terbuat dari bagian-bagian tanaman yang telah mengalami penguraian oleh
mikroorganisme. Pada awalnya, kompos tersedia berlimpah di hutan dan ladang
pertanian (bekas tebangan hutan). Kompos ini berasal dari dedaunan dan ranting
pohon yang mengalami pembusukan secara alami oleh bakteri pengurai dan jamur.
Kompos yang merupakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang ramah
lingkungan. Unsur hara yang terdapat pada kompos tidak akan merusak tanah
seperti pupuk buatan pabrik (pupuk anorganik). Kompos juga bersifat slow
release sehingga tidak berbahaya bagi tanaman, walaupun jumlah yang digunakan
cukup banyak. Pupuk kompos yang dibuat dengan bantuan EM4 memiliki kandungan
nitrogen sekitar 1,5%, P2O5 sekitar 1%, dan K2O
sekitar 1.5 %. Bokasi
merupakan kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan
bokasi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan
terpaan air hujan. Tempat ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat
yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen. Pembuatan
bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami, dan daun-daunan
(Redaksi Agromedia, 2007:24).
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, SP., MBA. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada
Pertumbuhan Dan Produksi Padi Palawija Dan Sayuran. PT. Gramedia. Jakarta
.
Redaksi
Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat
Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM)
potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik.
Jakarta.
http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/-Pembuatan-Kompos-dan Permasalahannya.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa 12 Oktober 2010 pada pukul 10.00 WITA sampai
selesai dan bertempat di halaman belakang Laboratorium Lanjutan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Alat-alat praktikum yang digunakan pada praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi
No.
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Polibeg
|
Untuk menanam tanaman kedelai
|
2.
|
Pacul/ skupang
|
Untuk mencangkul tanah
|
4.
|
Kamera
|
Untuk memotret hasil pengamatan
|
5.
|
Mistar
|
Untuk mengukur tinggi tanaman
|
6.
|
Timbangan analitik
|
Untuk menimbang berat basa dan berat kering
tanaman
|
7.
|
Oven
|
Untuk mengeringkan tanaman
|
2. Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Aplikasi Pupuk
Bokashi.
No.
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Ampas sagu (10 kg)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
2.
|
Pupuk kandang (10 kg)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
3.
|
Dedak halus (2 kg)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
4.
|
Abu gosok (2 kg)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
5.
|
Gula pasir (250 g)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
6.
|
EM (1 liter)
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
7.
|
Air secukupnya
|
Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
|
C. Prosedur Kerja
1. Membuat larutan gula dan EM
a. Menyediakan air dalam ember
sebanyak 1 liter.
b. Memasukan gula pasir sebanyak 250
gr kemudian mengaduk sampai rata.
c. Memasukan EM sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi
kemudian mengaduk hingga rata.
2. Membuat pupuk bokasi
a. Mencampur bahan-bahan (kotoran sapi, pupuk
kandang, abu gosok dan dedak) dan mengaduk sampai merata.
b. Menyiramkan EM secara perlahan-lahan ke dalam adonan
(campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30
%.
c. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes
dan bila kepalan tangan dilepas maka
adonan masih tampak menggumpal.
d. Menyimpan campuran bahan-bahan tersebut di tempat yang teduh.
e. Kemudian menutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
f. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik
perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari
500 C menurunkan suhunya dengan cara membolak balik.
g. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokasi menjadi
rusak karena terjadi proses pembusukan.
h. Setelah 4-7 hari bokasi telah selesai terfermentasi dan
siap digunakan sebagai pupuk organik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Pengukuran Suhu
HARI/TGL
|
JAM
|
KELOMPOK
|
SUHU
|
KET.
|
Selasa /
28 -10- 2008
|
20.00
|
I
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
II
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
III
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
IV
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
Rabu /
29 -10- 1008
|
01.00
|
I
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
II
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
III
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
IV
|
-
0 -
|
tdk ada pngukuran
|
06.00
|
I
|
290C
|
|
II
|
310C
|
|
III
|
350C
|
|
IV
|
370C
|
|
11.00
|
I
|
310C
|
|
II
|
320C
|
|
III
|
370C
|
|
IV
|
410C
|
|
16.00
|
I
|
310C
|
|
II
|
320C
|
|
III
|
400C
|
|
IV
|
440C
|
|
21.00
|
I
|
330C
|
|
II
|
340C
|
|
III
|
410C
|
|
IV
|
480C
|
|
Kamis /
30 -10- 2008
|
02.00
|
I
|
350C
|
|
II
|
340C
|
|
III
|
410C
|
|
IV
|
500C
|
Suhu Maximum
|
07.00
|
I
|
370C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
430C
|
|
IV
|
460C
|
|
12.00
|
I
|
380C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
440C
|
|
IV
|
480C
|
|
HARI/TGL
|
JAM
|
KELOMPOK
|
SUHU
|
KET.
|
Kamis /
30 -10- 2008
|
17.00
|
I
|
390C
|
|
II
|
370C
|
|
III
|
460C
|
|
IV
|
520C
|
Suhu Maximum
|
22.00
|
I
|
400C
|
|
II
|
370C
|
|
III
|
460C
|
|
IV
|
450C
|
|
Jum’at /
31 -10- 2008
|
03.00
|
I
|
410C
|
|
II
|
380C
|
|
III
|
480C
|
|
IV
|
470C
|
|
08.00
|
I
|
430C
|
|
II
|
390C
|
|
III
|
510C
|
Suhu Maximum
|
IV
|
480C
|
|
13.00
|
I
|
440C
|
|
II
|
400C
|
|
III
|
440C
|
|
IV
|
490C
|
|
18.00
|
I
|
440C
|
|
II
|
390C
|
|
III
|
460C
|
|
IV
|
520C
|
Suhu Maximum
|
23.00
|
I
|
450C
|
|
II
|
410C
|
|
III
|
470C
|
|
IV
|
430C
|
|
Sabtu /
1 -11- 2008
|
04.00
|
I
|
450C
|
|
II
|
400C
|
|
III
|
500C
|
Suhu Maximum
|
IV
|
440C
|
|
09.00
|
I
|
460C
|
|
II
|
410C
|
|
III
|
420C
|
|
IV
|
440C
|
|
HARI/TGL
|
JAM
|
KELOMPOK
|
SUHU
|
KET.
|
Sabtu /
1 -11- 2008
|
14.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
390C
|
|
III
|
430C
|
|
IV
|
460C
|
|
19.00
|
I
|
450C
|
|
II
|
390C
|
|
III
|
420C
|
|
IV
|
470C
|
|
Minggu /
2 -11- 2008
|
00.00
|
I
|
480C
|
|
II
|
380C
|
|
III
|
440C
|
|
IV
|
470C
|
|
05.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
380C
|
|
III
|
430C
|
|
IV
|
460C
|
|
10.00
|
I
|
460C
|
|
II
|
380C
|
|
III
|
410C
|
|
IV
|
440C
|
|
15.00
|
I
|
480C
|
|
II
|
370C
|
|
III
|
410C
|
|
IV
|
450C
|
|
20.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
400C
|
|
IV
|
430C
|
|
Senin /
3 -11- 2008
|
01.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
410C
|
|
IV
|
430C
|
|
06.00
|
I
|
480C
|
|
II
|
380C
|
|
III
|
400C
|
|
IV
|
440C
|
|
HARI/TGL
|
JAM
|
KELOMPOK
|
SUHU
|
KET.
|
Senin /
3 -11- 2008
|
11.00
|
I
|
460C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
390C
|
|
IV
|
410C
|
|
16.00
|
I
|
460C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
380C
|
|
IV
|
400C
|
|
21.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
370C
|
|
III
|
380C
|
|
IV
|
410C
|
|
Selasa /
4 -11- 2008
|
02.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
390C
|
|
IV
|
410C
|
|
07.00
|
I
|
460C
|
|
II
|
360C
|
|
III
|
370C
|
|
IV
|
420C
|
|
12.00
|
I
|
470C
|
|
II
|
370C
|
|
III
|
380C
|
|
IV
|
410C
|
|
Keterangan :
I (KOTORAN
SAPI)
II
(JERAMI)
III (KANGKUNG)
IV
(SERASAH)
NB : Jika suhu diatas 500C
maka diadakan pengadukan agar suhu pupuk bisa turun ke suhu normal.
Gambar 1. Grafik Tingkat Perubahan Suhu
Tiap Interval Waktu 5 Jam Selama Seminggu
Tabel 2. Nilai
Uji NPK
Perlakuan
|
N (%)
|
P (%)
|
K (%)
|
Kelompok I
|
8,96
|
8,71
|
9,14
|
Kelompok II
|
10,15
|
12,13
|
9,36
|
Kelompok III
|
0,98
|
2,15
|
1,58
|
Kelompok IV
|
12,21
|
11,15
|
12,08
|
B. Pembahasan
Pupuk memegang peranan yang
penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk
kandang atau kompos (organik). Pupuk buatan pabrik (anorganik) merupakan pupuk
hasil buatan pabrik. Sedangkan pupuk kandang atau kompos adalah pupuk yang
dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pupuk organik mempunyai kandungan
hara yang rendah dan dipergunakan untuk kesuburan fisik tanah agar strukturnya
menjadi lebih baik. Bokasi termasuk pupuk organik yang dihasilkan dari
tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Bokasi adalah pupuk kompos
yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik yang salah
satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan bokasi harus dilakukan di
tempat yang terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan. Tempat yang
ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat yang agak luas, memiliki
atap, dan lantainya terbuat dari semen.
Pembuatan bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami,
sayuran, dan serasah. Selain bahan utama
itu biasanya menggunakan sekam atau
serbuk gergaji sebagai bahan tambahan pembuatan bokasi.
Pada pembuatan bokasi ini
menggunakan EM sebagai salah satu bahan penyusunnya. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam
pembuatan pupuk bokasi diantaranya adalah memperbaiki perkecambahan
bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman, memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah, meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman , menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman
yang lebih baik, dan
meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum ini diperoleh suhu yang
berbeda-beda dari setiap perlakuan. Suhu yang tertinggi yaitu 520C
pada setiap perlakuan dan suhu yang terendah yaitu 27oC pada setiap
perlakuan. Cara pengukuran suhu yaitu suhu pada pupuk di kontrol terus setiap 5
jam dengan cara membolak-balik agar suhunya stabil sehingga penghancuran pupuk
atau kinerja dari mikroorganisme efektif. Pada
pupuk bokasi ini yang cepat hancur atau terurai yaitu pupuk bokasi
dengan bahan dasar sayuran (kangkung) karena
pada sayuran terdapat kandungan air yang sangat tinggi sehingga dapat dengan
mudah hancur. Pada bokasi pupuk kandang
sudah terurai atau hancur. Sedangkan pada pupuk bokasi dengan bahan dasar
jerami dan serasah proses penguraiannya agak lama. Hal ini disebabkan karena
kandungan selulosa dan kitin yang tinggi
sehingga mikroorganisme lama untuk mengurai. Komposisi tumbuhan pada graminae
berbeda dengan komposisi tumbuhan yang lain. Proses fermentasi pada pembuatan
bokasi ini yaitu sekitar 1 minggu. Bokasi yang sudah jadi dapat digunakan dalam
pemupukan tanaman.
Selain suhu, pada praktikum ini juga
diukur kandungan NPK dalam pupuk bokasi tersebut. Pada tabel hasil pengukuran
Nitrogen, Fosfor dan Kalium (NPK), kandungan nitrogen yang tinggi yaitu pertama
pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah yaitu 12,21%. Kedua yaitu perlakuan kelompok
II dengan menggunakan jerami padi yaitu
10,15%. Ketiga yaitu perlakuan kelompok I dengan menggunakan pupuk kandang
yaitu 8,96%. Yang terakhir yaitu perlakuan kelompok III dengan menggunakan
sayuran (kangkung) yaitu 0,98%. Kandungan fosfor yang tertinggi yaitu pertama pada kelompok II yaitu 12,13%, kedua
pada kelompok IV yaitu 11,15%, ketiga pada kelompok I yaitu 8,71, dan terakhir
pada kelompok III yaitu 2,15%. Pada kalium, kandungan yang tertinggi yaitu
pertama pada kelompok IV dengan menggunakan serasah yaitu 12,08%, kedua pada
kelompok I yaitu 9,14%, ketiga pada kelompok II yaitu 9,36%, dan terekhir pada
kelompok III yaitu 1,58%. Pada pengukuran nilai tersebut, yang memiliki nilai
NPK yang tinggi yaitu pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah.
Hal ini disebabkan karena serasah berasal dari pelapukan bahan-bahan organik
jika dibandingkan dengan bahan-bahan dasar yang lain. Sedangkan kandungan NPK
yang rendah yaitu pada perlakuan ketiga dengan menggunakan sayuran hijau
(kangkung). Hal ini disebabkan karena kangkung tersebut memiliki kadar
selulosa dan kitin yang tinggi.
Nitrogen merupakan unsur penting dalam
pertumbuhan tanaman. Nitrogen berguna sebagai penyusun protein dan ikut
berperan dalam sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman
seperti buah, daun, dan umbi. Kekurangan nitrogen pada tanaman dapat
menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu kondisi tanaman buruk dan menjadi
sangat kerdil, daun tanaman kecil berwarna pucat dan berwarna hijau kekuningan,
daun pada bagian paling bawah seperti terbakar dan mati sebelum masanya
sementara daun pada tajuk atas tanaman masih hijau, dan produksi tanaman rendah.
Fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1-
0,4% bahan kering tanaman. Unsur ini sangat penting di dalam proses
fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Fosfor juga dibutuhkan di dalam
sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman serta memiliki peranan
penting di dalam proses transpor energi. Kekurangan fosfor pada tanaman dapat
menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu pertumbuhan kerdil, daun berwarna
hijau pucat, buah tidak terbentuk atau tidak tumbuh normal dan sebagainya.
Kalium dibutuhkan untuk menyusun 1-4%
bahan kering tanaman. Proses ini terjadi dalam larutan sel. Kalium memiliki
banyak fungsi. Diantaranya mengaktifkan 60 enzim tanaman dan berperan penting
dalam sintesis karbohidrat dan protein. Kalium juga meningkatkan kadar air pada
tanaman. Kekurangan kalium dapat
mengakibatkan suatu gejala. Diantaranya yaitu daun menjadi kecil memutih
kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, rapuh, buah kecil dan terdapat bercak
luka, daya simpan kualitas buah dan produksi sangat rendah dan sebagainya.
IV. PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan pupuk bokashi terdiri
dari beberapa bahan dasar yaitu pupuk
kandang, jerami padi, dan sayuran serta
serasah dengan menggunakan
bantuan EM dan pengontrolan suhu.
2. Nilai NPK yang terdapat pada masing masing
pupuk bokasi dengan bahan dasar pupuk kandang yaitu N = 8,96%, P = 8,71% dan K = 9,14%,
pada bokasi dengan bahan dasar jerami padi yaitu N = 10,15%, P = 12,13% dan K =
9,36%, pada bokasi dengan bahan dasar sayuran yaitu N = 0,98%, P = 2,15%, K =
1,58% dan pada boksi dengan bahan dasar
serasah yaitu N = 12,21%, P = 11,15% dan K = 12,08%.
- Saran
Saran saya
yaitu agar dalam praktikum selanjutnya bahan yang dipergunakan disesuaikan
dengan kebutuhan yang akan dipakai dalam praktikum tersebut.