sains in my dream

sains in my dream

Kamis, 18 Oktober 2012

ASAL USUL PULAU MUNA


ASAL USUL PULAU MUNA

liangkobori2Muna pada awalnya dikenal dengan nama ‘WUNA’.yang dalam Bahasa Muna berti bunga. Nama itu memberi makna spiritual kepada kejadian alamnya,dimana terdapat gugusan batu yang berbunga. Gugusan batu tersebut menyerupai batu karang. Pada waktu-waktu tertentu batu karang dimaksud kerap mengeluarkan tunas-tunas yag tumbuh seperti bunga karang. Oleh karena kejadian itulah maka masyarakat Muna menyebutnya sebagai ‘Kontu Kowuna’ artinya Batu Berbunga . Gugusan batu berbunga tersebut terletak di dekat Masjid tua Wuna di Kota Muna yang bernama bahutara ( bahtera?). Tempat dimana Kontu Kowuna tersebut berada dipercaya sebagai tempat terdamparnya kapal Sawerigading, Putra Raja Luwu di Sulawesi Selatan Yang melegenda.
Saat ini, Muna dikenal sebagai nama sebuah Pulau yang terletak pada posisi 4006’ samapi 5015’ lintang Selatan dan 12208’ – 123015’ bujur timur, tepatnya diantara Pulau Sulawesi dibagian Tenggara, Pulau Buton di bagian Timur dan Pulau Kabaena di Sebelah Barat. Selain nama Pulau, Muna juga menjadi nama salah satu Kabupaten dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tenggara dengan batas-batas administrasi;
1. Di Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan Selat Spelman.
2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Buton.
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Buton,
4. Sebelah Barat berbataan dengan Laut Tiworo dan Kabupaten Bombana.
Selain itu Muna juga menjadi nama suku yang mendiami Pulau Muna dan sebagian besar Pulau Buton serta pulau-pulau disekitarnya yang menggunakan Bahasa Muna sebagai bahasa tutur diantara mereka.
Sebelum menjadi Kabupaten, Muna juga dikenal sebagai sebuah kerajaan yang berkedudukan di Pulau Muna bagian Utara dan Pulau Buton bagian Utara. Pembagian wilayah tersebut dilakukan pada masa Pemerintahan Raja Buton VI Lakilaponto dan Raja Muna VIII La Posasu. Kedua raja tersebut merupakan kakak beradik, Putra dari Raja Muna VI Sugi Manuru.
Sebelum menjadi raja Buton VI, La Kilaponto telah menjadi Raja Muna VII sehingga jabatan Raja di kedua kerajaan itu diembannya secara bersamaan selama tiga tahun bersama dengan kerajaan lainnya yakni Kaledupa, Konawe dan kabaena. Namun setelah dilantik menjadi Sultan Buton I ( menyusul perubahan kerajaan buton menjadi Kesultanan ), jabatan Raja di empat kerajaan lainnya yang diembannya selama tiga tahun ( 1538- 1541 M ) diseraahkan pada yang berhak untuk mengembannya.
Di Kerajaan Muna jabatan Raja diserahkan pada adiknya La Posasu, sedangkan dikeraajaan-kerajaan lainnya tidak ada cacaatan sejaarah yang mengisahkan bagaimana proses penyerahannya dan pada siapa diserahkan. Bersamaan dengan penyerahan kekuasaan di kerajaan Muna , turut pula dibagi wilayah kerajaan sebagaimana dijelaskan diatas.
La Kimi Batoa dalam bukunya Sejarah Muna terbitan CV. Astri Raha, menjelaskan pembagian wialayah tersebut karena kecintaan La Kilaponto pada dua wilayah di bagian Selatan Pulau Muna yaitu Gu dan Mawasangka sehingga beliau memohon pada adiknya sekaligus penggantinya sebagai raja Muna La Posasu agar kedua wilayah dimaksud menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Buton. Sebagai gantinya, La Kilaponto menyerahkan dua wilayah yang sebelumnya masuk dalam wilayah Kesultanan Buton yang ada di bagian Utara Pulau Buton yakni Kulisusu dan Wakorumba ( Sebagian wilayah tersebut saat ini menjaadi Kabupaten Buton Utara).
Banyak kisah yang menceritakan asal usul Muna Sebagai sebuah pulau, baik itu dalam tradisi lisan dikalangan masyarakat Muna maupun hikayat yang ditulis oleh masyarakat Buton. Namunn secara ilmiah belum ada penelitian yang mengungkap kebenaran cerita-cerita tentang asal usul Pulau Muna tersebut.
Kendati demikian tradisi lisan yang hidup dikalangan masyarakatlah dan hikayat yang ditulis oleh masyarakat Buton yang sering dijadikan sebagai referensi dalam menulis sejarah asal usul Pulau Muna dan Pulau Buton.Untuk itu penulis akan menjelaskan satu persatu cerita dan hikayat tersebut.
A. HIKAYAT “ ASSAJARU HULIQA DAAARUL BATHNIY WA DARUL MUNAJAT ”
Hikayat “Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat”(Hakikat Kejadian Negeri Buton dan Negeri Muna- Buku Tambaga ) mengisahkan bahwa Pulau Muna dan Pulau Buton berasal dari segumpal tanah yang muncul dari dasar laut yang ditandai dengan sebuah ledakan yang maha dasyat. Hikayat tersebut menceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW. mengadakan rapat dengan para sahabat, tiba-tiba terdengar sebuah ledakan yang yang sangat keras hinga mengejutkan para sahabat yang lagi mengikuti rapat. Mendengar suara tersebut salah seorang sahabat bertanya pada Nabi Muhammad SAW. apa gerangan yang sedang terjadi. Pertanyaan sahabat itu dijawab oleh Nabi Muhammad SAW bahwasanya disebelah timur telah muncul dua buah Pulau ( Wuna & Buton ) yang mana penghuninya nantinya akan menjadi pemeluk agama Islam yang taat.
Olehnya itu diutuslah dua orang sahabat yakni Abdul Sukur dan Abdul Gafur untuk Mencari pulau dimaksud oleh Rasulullah SAW sekaligus menyebarkan agama islam di kedua pulau tersebut.
Dalam pencarian sebuah negeri sebagaimana yang di wasiatkan oleh Rasulullah SAW, kedua utusan tersebut terlebih dahulu menyinggahi beberapa negeri sebelum menemukan dua buah pulau ( ditemukan dalam arti hakiki ) di maksud yaitu Pulau Wuna - ( Muna ) dan Pulau Buton. Setelah kedua utusan tersebut menemukan negeri dimaksud ,maka ditancapkanlah sebuah bendera. Selain menancapkan bendera, kedua utusan tersebut juga memberikan nama pulau yang telah ditemukan yaitu Butuuni dan Munajat yang artinya Perut bumi dan Kesejahteraan.
Kisah seperti yang diceritakan hikayat “Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat” mengenai asal mula Pulau Muna dan Pulau Buton diatas secara ilmiah tidak dapat- dipertanggungjawabkan, sebab masa kerasulan Nabi Muhammad SAW di mulai setelah beliau berusia 40 tahun atau sekitar tahun 600-an M. jadi kalau mengacu pada buku “Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat” berarti umur pulau Muna dan Pulau Buton baru sekitar 1400 tahun.
Intinya Buku tambaga hikayat Assjaru Huliqa Darul bathniy Wa Darul Munajat bukanlah teks sejarah tentang asal usul pulau Muna dan Pulau Buton. Hikayat Assajaru Huliqa Darul bathniy Wa Darul Munajat hanyalah mitos yang memberikan gambaran kebudayaan masyarakat Muna dan Buton.
B. TRADISI LISAN MASYARAKAT MUNA
Cerita lainya yang mengisahkan asal mula Pulau Muna adalah seperti yang dituturkan dalam tradisi lisan masyarakat Muna. Tradisi lisan tersebut telah menjadi referensi penulis sejarah Muna untuk menceritakan asal mula Pulau Muna, Dalam tradisi lisan itu dikisahkan bahwa Pulau Muna ditemukan oleh Sawerigading pelaut dari kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan dan pengikutnya sebanyak 40 orang.Mereka itu terdampar di sebuah wilayah yang saat ini bernama BAHUTARA ( Bahtera?). Terdamparnya Kapal Swaerigading tersebut akibat munculnya pulau dari dasar laut.
Bukti terdamparnya kapal sawerigading tersebut adalah adanya sebuah bukit yang menyerupai sebuah kapal lengkap dengan kabin-kabinnya. Bukit yang menyerupai kapal tersebut diyakini oleh masyarakat Muna sebagai fosil dari Kapal Sawerigading yang terdampar tersebut. Ditutur kan pula pengikut Sawerigading yang berjumlah 40 orang tersebut kemudian menjadi cikal bakal masyarakat Muna.
Bukti lainya yang menguatkan keyakinan masyarakat Muna terhadap kebenaran tradisi lisan yang telah hidup berates-ratus tahun dikalangan masyarakat muna adalah adanya sebuah bukit karang yang mana pada waktu-waktu tertentu mengeluarkan bunga yang mirip dengan bunga karang. Bukit batu yang juga terletak di Bhahutara tersebut di namakan “Kontu Kowuna”yang artinya batu berbunga. Bukit batu yang mengeluarkan bunga tersebutlah konon sebagai asal usul penamaan Pulau dan Kerajaan ‘Wuna’
Walaupu tradisi lisan masyarakat Muna tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah, khususnya tentang awal terjadinya Pulau Muna namun tidak dapat dikatakan sebagai sejarah asal usul terjadian Pulau Muna karena dibumbui dengan mitos dan kisah-kisah luar biasa.
Jadi tradisi lisan masyarakat Muna tentang asal usul Pulau muna juga belum dapat dikatakan sebagai sejarah asal usul Pulau Muna, untuk itu perlu ada penelitian yang lebih mendalam lagi untuk membuktikan kebenaranya secara ilmih.
C. EPIK I LAGALIGO
Cerita yang memiliki kemiripan dengan tradisi lisan masyarakat Muna tentang asal usul Pulau Muna adalah epic I La galigo. Epic itu mengisahkan bahwa Sawerigading adalah seorang pelaut yang tangguh. Dia melakukan penjelajahan samudera setelah bersumpah untuk tidak kembali di negerinya ( Luwu) karena ditentang rencananya untuk menikahi Wa Tendriyabe yang ternyata saudara kembarnya. Dikisahkan dalam epik tersebut bahwa menurut adat masyarakat Luwu hubungan antara Sawerigading dan Wa Tanriabeng ( Saudara kembar ) tidak dibolehkan. Olehnya itu keduanya harus dipisahkan.
Tokoh dari kedua pada tradisi lisan masyarakat Muna dan Epic I La galogo memiliki kesamaan nama. Demikian pula dengan peranannya. Baik tradisi lisan masyarakat Muna maupun Epik I Lagaligo mengakui bahwa Sawerigading adalah seorang Pelaut.
Penyebutan nama yang diawali dengan ‘La’ bagi laki-laki masyarakat Muna memiliki kemiripna dengan penyebutan nama orang laki-laki pada suku Bugis. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa sangat besar kemungkinannya Sawerigading pernah singgah ( terdampar) di pulau Muna. Hal ini diperkuat oleh DR. Anhar Gonggong sebagai mana kutipan berikut :
Pemerintah pertama Muna yaitu Beteno Netombula juga dikenali sebagai Baidul Zamani adalah keturunan Sawerigading. Terdapat juga kisah lain yang mengatakan bahwa pemerintah pertama berasal dari Jawa, kemungkinan dari Majapahit. Permaisurinya bernama Tendiabe. Nama ini mirip dengan nama We Tenyirabeng, nama yang di dalam kisah La Galigo, yang menikah dengan Remmangrilangi’, artinya, ‘Yang tinggal di surga’. Ada kemungkinan Tendiabe adalah keturunan We Tenyirabeng. Pemerintah kedua, entah anak kepada Beteno Netombula atau Tendiabe atau kedua-duanya, bernama La Patola Kaghua Bangkano Fotu”. ( La Galigo, Menelusuri Warisan Sastra Dunia– DR. Anghar Gonggong)
Tapi apakah terdamparnya kapal Sawerigading tersebut merupakan awal dari munculnya Pulau Muna? Hal ini juga perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.
D.RELIEF DI LIANGKOBORI DAN METANDUNO DAN MUSEUM KARTS INDONESIA
Asal usul keberadaan Pulau Muna yang dapat dijelaskan secara ilmiah karena telah melalui penelitian ilmiah adalah seperti yang dapat dilihat pada panel monitor museum karts Indonesia yang terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Dari panel tersebut kita dapat mengetahi bahwa Pulau Muna hampir seluruhnya tersusun oleh batu gamping berumur Pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun yang lalu). Batu gamping ini diperkirakan dari Formasi Wapulaka, seperti terlihat pada tebing-tebing batu gamping ( Karts ) di sepanjang pantai. Batu gamping ini merupakan terumbu karang yang terangkat dan sekarang membentuk kawasan kars yang luas.( Museum Karts Indonesia ).
Itu artinya bahwa pulau Muna sebelumnya adalah terumbu karang yang ada didasar lautan, namun karena desakan dari bawah maka terumbu karang tersebut muncul dipermukaan dan menjadi sebuah pulau. Bukti kuat dari itu adalah sebuah wilayah disekitar Kota Muna lama dimana ada hamparan batu karang yang pada saat-saat tertentu mengeluarkan tunas-tunas seperti terumbu karang didasar laut, namun warnanya agak berbeda yaitu putih. Tempat itu dikenal dengan Kontu Kowuna yang artinya batu berbbunga.
Selain data yang tersimpan pada museum karts Indonesia, yang telah diteliti seecara ilmiah adalah relief yang ada di gua Liangkobori dan gua Metanduno. Relief yang terdapat di dinding gua tersebut menggambarkan kehidupan dan peradaban masyarakat Muna pada jaman purba. Relief tersebut menurut beberapa penelitian telah berumur lebih dari 25.000 tahun. Itu artinya bahwa jauh sebelum itu Pulau Muna telah ada dan telah di huni oleh manusia.

MENGAIS REZEKI DI MALAM HARI


                                                                                                                                      Kamis, 4 Oktober 2012
Fakultas MIPA Universitas Haluoleo

MENGAIS REZEKI DI MALAM HARI
Pekerjaan adalah Ibadah. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dimuka bumi ini, entah itu pekerjaan yang sifatnya halal bahkan pekerjaan yang dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang haram. Pekerjaan yang dilakukan mungkin tak seberapa dengan upah atau gaji yang diinginkan oleh setiap orang. Terkadang pekerjaan itu menjadi lebih indah dan menyenangkan jika kita mampu melakukan pekerjaan itu dengan ikhlas, senang hati, dan bertanggung jawab. Ada beberapa pekerjaan yang kemungkinan bagi orang lain mengnggapnya sebagai pekerjaan yang tidak layak untuk dilakukan. Banyak pertimbangan yang diperhitungkan terhadap suatu pekerjaan yakni untung dan ruginya. Tapi bagi sebagian orang untung dan rugi itu adalah sifatnya relatif. Salah satu contoh misalnya adalah petugas kebersihan yang membersihkan suatu tempat menjadi lebih bersih dan nyaman, sehinggga orang-orang yang ada disekitarnya pun menjadi lebih nyaman dan semangat untuk beraktivitas.
Membersihkan sampah di Kampus merupakan pekerjaan paling melelahkan. Setiap harinya pasti ada saja sampah yang berserakan di tanah, di selokan, dan di tempat lainnya. Fakultas MIPA Unhalu memiliki lingkungan yang cukup luas sehingga pekerjaan untuk mebersihkan sampah-sampah tersebut membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar. Petugas kebersihan di Fakultas MIPA sampai kewalahan untuk membersihkan sampah tersebut. Pekerjaan membersihkan sampah tersebut bukan hanya dikerjakan pada siang hari tetapi juga dikerjakan pada malam hari. Petugas kebersihan tak pernah mengeluh atas tugas yang dilakoninya saat ini. Entah dia mengeluh ataupun tidak, itu tergantung dirinya sendiri yang menjalani tugas tersebut. Setiap malam petugas kebersihan hadir lebih awal utnuk bertugas membersihkan sampah-sampah yang berhamburan akibat ulah tangan Mahasiswa. Malam itu nampak seorang petugas kebersihan sedang sibuk mebersihkan sampah ditiap-tiap sudut halaman di Fakultas MIPA Universitas Haluoleo. Namun setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata petugas kebersihan tersebut tidak sendirian, tetapi dia membawa dua orang anaknya yang masih kecil kira-kira berumur 5 sampai 6 tahun.
Waktu telah menunjukkan pukul 10.00 WITA, tetapi petugas kebersihan itu belum juga selesai mengerjakan tugasnya. Anak-anaknya yang datang malam itu juga ikut  membantunya mengambil sampah-sampah plastik yang berserakan di halaman kampus FMIPA Unhalu. Sungguh menyayat hati ketika memperhatikan anak-anak itu bekerja membantu ayahnya di malam yang sunyi, gelap, dan sepi. Tetapi mereka senang dengan hal itu, tak ada kesedihan dimata anak-anak itu, mungkin mereka belum mengerti tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Tapi inilah kenyataan dan realita yang terjadi di lapangan. Ayahnya pun tak mengharapkan hal ini terjadi kepadanya dan juga anak-anaknya. Semoga ALLAH memberikan kesabaran dan ketabahan kepada petugas kebersihan tersebut dan menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh serta berbakti kepada kedua orang tua.





Petugas kebersihan selalu ikhlas dan serius menjalani pekerjaan yang ia lakoni saat ini. Bahkan dia tak pernah mengeluh sedikitpun serta melakukan tugas itu dengan penuh rasa tanggung jawab yang tinggi. Tak seperti kita saat ini yang memiliki amanah dan tanggung jawab yang besar tapi tak menggunakannya dengan sepenuh hati. Kita mestinya malu dengan petugas kebersihan itu, karena ia yakin pekerjaan yang ia lakukan adalah suatu bentuk Ibadah kepada ALLAH dan ALLAH Maha Kuasa atas Segala Sesuatu..

Pabrik Tebu Bakal Hadir di Muna


Pabrik Tebu Bakal Hadir di Muna

Posted by Ery Gusman | Friday, 12 October 2012   

KENDARINEWS.COM (Raha): Kabupaten Muna kini menjadi salah satu Kabupaten, sasaran masuknya investasi di Sulawesi Tenggara. PT Wahana Surya Agro bakal menanam investasi gula di Muna. Bahkan termasuk membangun pabrik gula. Gubernur Sultra Nur Alam dan La Ode Ida, saat kunjungannya ke Muna akhir pekan lalu, turut serta membawa investor gula.
LM Baharuddin, Bupati Muna mengatakan, lahan yang dibutuhkan oleh PT Wahana Surya Agro untuk menanamkan investasi di Muna adalah 8 ribu hektar. "Lahannya 3 ribu hektar sudah siap. Sisannya tinggal menunggu penurunan status kawasan hutan menjadi APL, "ujarnya. Gubernur Nur Alam dan La Ode Ida, bersedia menfasilitasi penurunan status hutan di Kementerian Kehutanan.
      
"Insya Allah akan sukses. Lahan yang dibutuhkan sebetulnya bukan lagi hutan, meski masih berstatus hutan lindung. Kawasan itu yang akan kita turunkan dulu statusnya, "terang pasangan Ir Malik Ditu tersebut. Tahun ini, kata Bupati, PT Wahana Surya Agro bisa memanfaatkan dulu lahan 3 ribu hektar tersebut, untuk menanam tebu. Sembari menunggu turunnya izin dari Kementerian Kehutanan penurunan status lahan. "Ditahun 2013 sebenarnya sudah bisa membangun pabrik. Karena masa panen tebu enam bulan, "sambungnya.
      
Keseluruhan lahan yang akan dimanfaatkan, lanjut Bupati adalah 18 ribu hektar. Rinciannya 8 ribu hektar untuk lahan inti dan 10 ribu plasma, lahan masyarakat  yang ditanami tebu. Investasi PT Wahana
diperkirakan mencapai Rp 1,5 Triliuan, karena akan membangun pabrik di Muna. "Hasil produksi tebu, langsung diolah menjadi gula di Raha (pabrik red), "sebutnya. (awn)



Sumber: kendari pos